Review Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu - J.S. Khairen

Daftar Isi

Setelah selesai membaca sebuah buku atau novel, saya seringkali membuat story di WhatsApp ataupun Instagram. Namun, beberapa hari yang lalu tidak sengaja Founder Komunitas Ufuk Literasi, Kak Moch Abdul Aziz membalas story saya tersebut, haha!

Sedikit terkejut ketika Kak Aziz menghubungi saya dan memberikan challenge untuk mereview buku tersebut. Karena baru pertamakali, jadi saya sangat senang dan buru-buru menuliskan review di sela-sela kesibukan. Dan, berikut adalah reviewnya!

#1. Alasan Saya Beli Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu

Berawal dari follow akun penulis (J.S. Khairen) yang terbilang sudah cukup lama, namun belum tau info apapun terkait karya-karyanya dari awal. Rasa penasaran akan karyanya mulai muncul ditambah seringnya melihat feed Instagramnya itu. 

Beberapa hari belakangan mulai cek akun shopee penulis dan melihat review novel dari ulasan toko itu. Setelah sekian lama, akhirnya novel ini terbeli juga dengan bonus tanda tangan penulis. Selain dari ulasan toko, Saya juga tertarik dari sampul novelnya yang tampak simpel dan lucu.

#2. Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu Membahas Tentang Apa?

Novel ini bercerita tentang seorang anak yang tinggal di lereng Gunung Singgalang, dan seorang anak yang tinggal di lereng Gunung Marapi. 

Zenna dan Asrul jadi tokoh utama dalam novel ini. Kedua anak tersebut berasal dari keluarga miskin, yang mana kebutuhan makan saja masih terbilang sulit. Menyantap nasi dengan lauk garam pun sudah dianggap makanan yang enak. 

Sedari kecil, Zenna dan Asrul sangatlah pekerja keras. Apapun yang bisa dijual, mereka jual untuk kebutuhan sehari-hari. 

Zenna si anak tengah selalu punya cara agar bisa sekolahnya tamat dan membiayai adik-adiknya yang masih kecil-kecil. Ayahnya meninggal setelah menjanjikannya akan membelikan sepatu baru untuk Zenna.

Asrul si sulung yang sempat tertinggal kelas dikarenakan ia belum bisa membaca dan menulis, namun ia tak menyerah. Ia terus belajar untuk membaca dari koran-koran yang dibelikan uminya.

Tekad mereka sangat kuat, hingga mereka bisa sekolah tinggi di IKIP Padang yang sebelumnya sama-sama gap year karna uang belum cukup. Zenna menjual jajanan dan makanan untuk mendapatkan pemasukan tambahan sambil bekerja di toko sepatu. 

Asrul bekerja di redaksi Harian Semangat sebagai penulis berita. Kerja keras mereka selama ini akhirnya membuahkan hasil, mereka punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, bisa menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi, dan perjuangan Zenna juga membuat adik-adiknya bisa kuliah semua.

Semangatnya mereka menular ke Saya sebagai pembaca novel tersebut, dan menginspirasi supaya berbakti ke orang tua, apapun kesalahannya, belajar untuk menerima keadaan.

Novel ini terdiri dari prolog (puisi), 26 episode, dan epilog dengan jumlah halaman sekitar 200an halaman. Tiap babnya rata-rata sekitar 3 lembar, sehingga bisa cepat selesai membacanya.

Novel ini membuat saya seakan-akan masuk ke dalamnya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh Zenna dan Asrul.

#3. Kelebihan dan Kekuasaan Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu 


Membaca novel ini yang cukup berkesan, namun saya harus tetap menyampaikan kelebihan dan kekurangannya yaitu sebagai berikut.

a) Kelebihan Novel

  • Desain sampul novel menarik membuat pembaca seakan-akan ingin segera meminangnya. Ilustrasi pada sampul, yakni dompet dan sepatu menjadi simbol dalam isi novel tersebut.
  • Bahasanya ringan menjadikan novel ini dapat diselesaikan dengan cepat, bahkan bisa sekali duduk selesai. Bahasa yang digunakan tidak terlalu baku, sehingga pembaca dapat berimajinasi dan merasakan suasana yang diceritakan novel itu.
  • Kutipan dalam novel itu mempermudah pembaca dari luar Padang mengetahui kosakata bahasa Padang. Adanya kutipan atau sitasi kosakata menjadikan pembaca tidak kebingungan saat menemukan kosakata bahasa yang belum dimengerti.
  • Ukuran novel tidak terlalu besar maupun tebal, dan kertas yang digunakan tidak tipis menjadikannya tidak mudah sobek, serta tidak ada tulisan yang blur, sehingga pembaca bisa membaca dengan nyaman. 
  • Adanya quotes terkait orang tua pada awal bab, menjadikan pembaca termotivasi untuk lebih sayang pada orang tuanya.

b) Kekurangan Novel

  • Ada bagian kalimat dari bahasa Padang yang tidak diberi kutipan arti, sehingga pembaca harus baca ulang supaya bisa paham konteks cerita. 
  • Beberapa bagian dipercepat waktunya, sehingga menurut saya perlu baca ulang atau baca secara teliti supaya tidak bingung mengapa tiba-tiba tokoh yang disebut sudah beranjak dewasa. 

#4. Saran dan Evaluasi


Dikarenakan tidak semua pembaca berasal dari negeri yang sama dengan penulis, yakni Padang, menurut saya terdapat beberapa bagian kalimat bahasa Padang perlu diberikan penjelasan atau catatan juga. 

Tidak hanya untuk beberapa kosakata juga sebaiknya diberikan keterangan yang lebih jelas. Sehingga, pembaca lebih mudah memahami konteks dari bagian tersebut. Namun, hal ini tidak membuat pembaca berhenti merasakan dan berimajinasi dari isi cerita novel itu.

#5. Apakah Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu Recommended Untuk Dibaca?

Saya rasa novel ini recommended untuk dibaca bagi kalangan siapa saja. Bahasa yang digunakan ringan, terbukti saya baca novel ini dalam waktu cepat hanya terhitung 2 harian dan itu juga mode berangsur-angsur karena sambil melakukan kegiatan yang lainnya. 

Bagi kamu yang merasa sedang galau karena hubungan dengan orang tua tidak harmonis, atau sulit berkomunikasi secara terbuka dengan mereka, novel ini cocok untuk kamu baca supaya lebih tergugah dengan perjuangan yang orang tua lakukan. 

Perjuangan untuk bisa keluar dari keadaan pelik demi kesejahteraan keluarganya, tak heran kalau banyak dari pembaca merasakan emosional dari pesan tersirat novel ini.

Apapun itu, pada akhirnya buku ini tetap cocok dibaca kapanpun dan akan selalu relate. Kalau kamu mau membaca dan membeli bukunya yang ORI juga silakan klik di sini!

***

Tentang Reviewer

Asri Mei Pratiwi merupakan seorang mahasiswi di salah satu universitas Purwokerto. Melalui akun Instagramnya, ia membagikan hasil karya hobinya (menggambar), dan kini ia sedang belajar menulis bersama founder Komunitas Ufuk Literasi.

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar