[CERPEN] Stirofoam yang Mengubah Takdir - Karya Bernardus David

Daftar Isi

Pagi hari yang indah, Yamin terbangun dari tempat tidurnya. Dia bergegas mandi dan tidak lupa untuk memakan sarapannya. Yamin menemui orang tuanya dan bergegas pergi ke sekolah. Yamin merupakan siswa kelas 1 SMA. Yamin datang ke sekolah dengan tepat waktu. Sesampainya di kelas, dia segera menaruh tasnya di bangkunya dan meminum seteguk air, lalu dia bergegas menggunakan almamater kebanggaannya. Segera dia pergi ke lapangan untuk melaksanakan upacara bendera yang diadakan setiap hari Senin.

Yamin memasuki barisan kelas 10 B, yang merupakan nama kelasnya. Yamin mengikuti upacara dengan khidmat. Beberapa murid ada yang hanya asyik mengobrol dan berbicara tak kenal waktu. Setelah upacara selesai, Yamin kembali ke kelas yang berada di lantai dua. Yamin duduk di samping jendela dan melihat ke arah gerbang sekolah. Ada seorang anak kecil yang kira-kira masih berusia 10 tahun. Anak itu terlihat terheran-heran menatap ke gerbang sekolah dan tak lama kemudian anak itu pergi, tidak jauh dari gerbang depan sekolah.

Yamin mengamati anak tersebut sembari menunggu guru masuk. Yamin kaget melihat anak itu mengais sesuatu di tempat sampah dekat gerbang depan sekolah. Anak itu mengambil sebuah kotak stirofoam berisi nasi yang sudah bekas, sepertinya. Tak tinggal diam, Yamin bergegas lari menuruni tangga dan menuju gerbang depan sekolah. Saat Yamin ingin memanggil anak itu, anak itu terkejut melihat Yamin di belakangnya. Sontak dia menjatuhkan makanannya dan berlari meninggalkan Yamin. Yamin ingin mengejar anak itu tetapi kawannya, Siori, memanggil Yamin dan berteriak, "Woi, Amin, cepat naik, guru sudah mau masuk kelas!" Mendengar itu, Yamin kaget dan langsung berlari menuju kelas. Selang beberapa detik, guru pun datang dan Yamin tepat waktu masuk ke dalam kelas.

Pelajaran pun dimulai, dan Yamin masih memikirkan tentang anak itu sampai pelajaran terakhir. Kring! Kring! Kring! Bel pulang pun berbunyi. Yamin bergegas memasukkan alat tulisnya ke tas dan mempersiapkan diri untuk segera pulang. Yamin keluar dari kelas dengan langkah cepat, pikirannya masih terbayang-bayang oleh anak kecil yang dia lihat tadi pagi. Dia berencana untuk mencari tahu lebih banyak tentang anak itu. Mungkin dia bisa menemukan anak tersebut di sekitar area sekolah. Sambil berjalan menuju gerbang sekolah, Yamin terus memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu anak itu. Di tengah jalan, dia bertemu dengan Siori.

“Eh, Siori! Kamu ada lihat anak kecil tadi pagi di dekat gerbang sekolah?” tanya Yamin.

Siori mengernyit, mencoba mengingat. “Anak kecil? Oh, yang tadi kamu kejar? Aku lihat sekilas. Kenapa emangnya?”

“Aku penasaran aja. Anak itu kelihatannya butuh bantuan. Aku mau coba cari dia lagi,” jawab Yamin dengan serius.

Siori mengangguk. “Baiklah, aku bantu kamu. Mungkin dia masih di sekitar sini.”

Mereka berdua berjalan keluar gerbang sekolah dan mulai mencari di sekitar area tersebut. Setelah beberapa menit berkeliling, mereka akhirnya menemukan anak itu duduk di sebuah bangku taman kecil tidak jauh dari gerbang sekolah. Anak itu terlihat lesu dan lelah, memegang perutnya yang kosong.

Yamin mendekati anak itu dengan hati-hati, tidak ingin membuatnya terkejut lagi. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Yamin dengan lembut.

Anak itu mendongak, matanya besar dan penuh rasa ingin tahu. “Aku, aku lapar,” jawabnya pelan.

Yamin merasa hatinya tersentuh. “Namamu siapa?”

“Namaku Budi,” jawab anak itu singkat.

“Budi, kamu tinggal di mana?” tanya Siori dengan lembut.

Budi menggigit bibirnya dan menunduk. “Aku, tidak punya rumah. Aku tidur di jalan.”

Yamin dan Siori saling pandang, merasa iba pada nasib Budi. Yamin berpikir cepat. “Budi, kamu mau ikut kami makan siang? Aku dan Siori akan membeli makanan untukmu.”

Mata Budi bersinar dengan harapan. “Benarkah? Aku sangat lapar.”

Tanpa ragu, Yamin dan Siori membawa Budi ke sebuah warung makan terdekat. Mereka memesan makanan dan duduk bersama Budi. Saat makanan datang, Budi makan dengan lahap, seolah sudah lama tidak makan dengan kenyang.

Sambil Budi makan, Yamin dan Siori mencoba mencari tahu lebih banyak tentang dirinya. “Budi, apa kamu tidak punya keluarga?” tanya Siori hati-hati.

Budi menggeleng. “Ibuku meninggal setahun yang lalu. Ayahku, aku tidak tahu di mana dia. Aku sudah lama tidak melihatnya.”

Mendengar cerita Budi, Yamin merasa semakin bertekad untuk membantu. Setelah Budi selesai makan, Yamin dan Siori berpikir keras tentang apa yang bisa mereka lakukan. Mereka akhirnya memutuskan untuk membawa Budi ke panti asuhan terdekat.

“Ayo, Budi, kami akan membawamu ke tempat di mana kamu bisa tinggal sementara,” kata Yamin sambil menggenggam tangan Budi dengan lembut. “Di sana, kamu akan mendapat makanan dan tempat tidur.”

Budi mengikuti mereka dengan patuh. Mereka berjalan bersama menuju panti asuhan yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Sesampainya di panti, mereka bertemu dengan kepala panti, seorang wanita paruh baya yang ramah.

“Selamat siang, Bu,” sapa Yamin, “kami menemukan anak ini di dekat sekolah. Namanya Budi, dan dia tidak punya tempat tinggal. Kami harap dia bisa tinggal di sini.”

Wanita itu tersenyum hangat pada Budi. “Tentu saja. Kami akan menjaga Budi dengan baik di sini. Terima kasih sudah membawanya ke sini.”

Budi tampak sedikit cemas, tetapi Yamin menepuk bahunya dengan lembut. “Jangan khawatir, Budi. Kami akan sering mengunjungimu.”

Setelah memastikan Budi diterima dengan baik di panti asuhan, Yamin dan Siori merasa lega. Mereka pulang dengan hati yang lebih ringan, merasa telah melakukan sesuatu yang berarti. Sesampainya di rumah, Yamin menceritakan semua kejadian itu kepada orang tuanya. Mereka bangga dan mendukung keputusan Yamin untuk membantu Budi.

Hari-hari berikutnya, Yamin dan Siori rutin mengunjungi Budi di panti asuhan. Mereka membawa makanan, pakaian, dan buku-buku untuk Budi. Makin hari, Budi tampak makin bahagia dan bersemangat. Dia mulai bersekolah di dekat panti asuhan dan bergaul dengan anak-anak lainnya.

Satu bulan berlalu, dan suatu hari saat Yamin dan Siori mengunjungi panti asuhan, mereka mendapati Budi sedang bermain dengan senyum lebar di wajahnya. Kepala panti mendekati mereka dan berkata, “Budi sangat berterima kasih pada kalian. Dia sekarang punya banyak teman dan belajar dengan rajin di sekolah.”

Yamin tersenyum lebar. “Kami hanya ingin memastikan dia mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

Dengan segala bantuan dan dukungan dari Yamin dan Siori, Budi mulai menjalani hidup yang lebih baik. Dia tidak lagi harus tidur di jalanan dan mengais sisa makanan. Budi sekarang punya tempat yang aman untuk tinggal dan keluarga baru di panti asuhan.

Kisah ini mengajarkan Yamin bahwa kebaikan sekecil apa pun bisa memberikan perubahan besar bagi seseorang. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus membantu mereka yang membutuhkan. Semangat untuk peduli pada sesama tumbuh dalam hati Yamin, dan dia tahu, di masa depan, dia akan melakukan lebih banyak lagi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Yamin pun kembali ke rutinitas sekolahnya dengan perasaan puas dan bahagia. Dia belajar lebih giat dan selalu ingat untuk membantu teman-temannya yang kesulitan. Tak jarang, dia berbagi cerita tentang Budi kepada teman-teman di kelas, menginspirasi mereka untuk juga berbuat baik kepada sesama.

Hari-hari berlalu, dan Yamin tumbuh menjadi siswa yang tidak hanya cerdas dalam akademik, tetapi juga berhati besar. Dia tahu, setiap langkah kecil kebaikan bisa membawa dampak besar, seperti yang telah dia lakukan untuk Budi. Dan, itulah yang membuat pagi hari Yamin makin indah setiap harinya.

***

Tentang Penulis

Pemuda ini suka sekali menulis sebuah cerita dan menggambar, biasa disapa David yang bernama lengkap Bernardus David, pemuda kelahiran tahun 2007 yang sekarang menempuh jenjang pendidikan kelas 3 SMA. David sangat senang bila disapa pada akun instagramnya @bernardusdavid

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar