[CERPEN] Perihal Ufuk - Karya @abdulaziz.writer
Azka buru-buru membereskan buku yang masih berserakan di meja. Apalagi kertas-kertas yang penuh dengan tulisan-tulisan semacam outline untuk sebuah naskah cerita pendek. Sudah 3 hari ini dirinya mempunyai rencana untuk membuat cerita pendek yang ingin dibukukan bersama teman-teman sekelasnya di SMA. Harapannya juga selain teman sekelas, bisa mengajak teman lain yang masih SMA dalam satu kabupaten. Salah satu harapan besar lainnya, yaitu dapat membentuk sebuah komunitas kepenulisan di kabupaten tersebut.
“Nanti aku buatkan grup WhatsApp-nya dan langsung
menambahkan kalian!” ucap Azka kepada Bisma dan Airin yang ada di hadapannya.
“Oke, boleh, nanti aku coba cari teman yang lain untuk
bergabung juga ke grupnya!” balas Airin meyakinkan.
“Yaps!” Bisma menepuk pundak Azka dengan penuh
semangat, “kebetulan aku juga ada teman yang suka menulis. Barangkali berminat
juga untuk membuat buku antologi bersama kita,” lanjutnya.
“Wah bagus itu, makin ramai justru lebih bagus!” seru
Azka dengan tersenyum bangga melihat antusias kedua temannya itu.
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya mereka
bertiga memilih untuk pulang secepatnya dari sekolah. Lagi
pula pihak sekolah tidak mengizinkan mereka membawa smartphone, jadi rencana membuat grup
WhatsApp hanya dapat dilakukan di rumah nantinya. Rencananya mereka ingin
menulis kumpulan cerita pendek untuk kemudian dibukukan. Pasti akan menjadi
salah satu kenangan yang tak terlupakan. Apalagi mengajak teman-teman lain di
satu kabupaten sampai terbentuk komunitas menulis, itu akan sangat
menyenangkan.
Azka yang mempunyai ide awal ini terlihat paling
semangat di antara ketiganya. Entah apa yang ada dalam benaknya saat itu.
Seperti sebuah ekspektasi yang begitu tinggi. Namun, keyakinannya juga tidak kalah tinggi. Azka pulang dengan
penuh semangat dan sesampainya di rumah nanti akan secepatnya membuat grup
WhatsApp dengan nama “Komunitas Sastra Bojonegoro (Komsabo)”
***
Tepat pukul 14.00 WIB, Azka sampai di rumah dan
bergegas untuk berganti pakaian juga makan siang. Dilanjut mengambil smartphone dan membuat grup WhatsApp. Tentu saja tidak lupa untuk
menambahkan kedua temannya, Bisma dan Airin yang sudah setuju untuk
mendiskusikan lebih lanjut project
ini.
Berawal dari mereka bertiga, kemudian masing-masing
mengajak teman yang lain. Namun, sebelum menambahkan anggota baru dalam grup, mereka
menyusun deskripsi grup serta membuat timeline
untuk kelancaran project ini ke
depannya. Termasuk deadline
pengumpulan naskah, proses pembayaran, sampai pengajuan naskah ke penerbit
untuk diproses dan dicetak dalam bentuk buku. Semoga ini adalah awal yang baik
untuk menjadikan sebuah komunitas menulis sampai sukses suatu saat nanti.
Beberapa jam kemudian, grup sudah terisi oleh 25 orang
yang terdiri dari beberapa teman seangkatan mereka yang duduk di kelas 12 SMA
dari beberapa wilayah di Bojonegoro. Ada yang sekolahnya masih dalam satu
kecamatan yang sama dan berbeda sekalipun. Di antaranya juga ada yang masih
duduk di kelas 11. Setelah saling memperkenalkan diri satu sama lain, Azka yang
mempunyai ide awal tersebut segera memberikan arahan untuk project antologi pertama ini. Pengalaman pertamanya sebagai seorang
pemimpin suatu forum tentu saja ini bukanlah hal yang mudah.
Hampir selama 2 jam Azka mengetik dan berdiskusi
dengan anggota grup tersebut. Kemudian, saling bertanya satu sama lain terkait tema, jumlah
halaman, juga tidak lupa biaya yang harus disiapkan untuk membeli buku hasil project ini. Azka merasa senang meskipun
tetap saja ada rasa canggung berkomunikasi dengan mereka, orang-orang baru yang
bahkan sebagian besar belum pernah ditemuinya. Saat sudah tidak ada lagi yang
perlu didiskusikan, obrolan dalam grup WhatsApp tersebut pun terhenti.
***
Satu bulan kemudian, tepatnya 5 hari sebelum deadline pengumpulan naskah tiba, Azka
merasa kecewa dengan ekspektasi yang dibuatnya sendiri. Tidak ada satu
pun naskah yang dia terima dari anggota komunitas
tersebut. Berulang kali
Azka mengirim pesan di grup,
tetapi tidak ada yang merespons. Sampai dia mencoba mengirimkan pesan secara pribadi
juga hasilnya nihil. Bahkan, Bisma dan Airin yang awalnya begitu semangat
justru sudah memilih keluar dari grup tersebut. Hingga mendekati musim Ujian
Akhir, anggota grup komunitas itu memilih keluar satu per
satu. Sebagian besar dari mereka tidak izin terlebih
dahulu kepada Azka maupun yang lainnya.
Azka mulai mencari cara lain supaya harapannya
mempunyai komunitas menulis benar-benar terwujud. Dia membuka grup WhatsApp
awal yang dibuatnya, lalu memeriksa jumlah anggotanya yang tinggal beberapa
orang saja. Bergegas dirinya mencari diksi yang cocok untuk mengganti nama
komunitas tersebut. Akhirnya, setelah berpikir panjang, dia menemukan diksi
"Ufuk" yang terkesan sederhana. Namun, maknanya sangat menarik dan luar biasa.
Tidak lupa menambahkan kata "Literasi"
sebagai penanda bahwa itu akan menjadi komunitas literasi/kepenulisan.
Berdasarkan pertimbangannya terkait jumlah anggota yang tinggal sedikit, Azka
mempunyai inisiatif untuk menyebarluaskan link
ke beberapa grup kepenulisan yang pernah diikuti. Tentunya dengan menambahkan
kalimat promosi supaya banyak yang tertarik mengikuti link tersebut dan otomatis bergabung dalam komunitas.
Nama grup Komunitas Sastra Bojonegoro yang awalnya
diperuntukkan hanya bagi teman-teman se-kabupaten, dalam waktu satu minggu
sudah dipenuhi oleh orang-orang dari Sabang sampai Merauke dengan nama baru,
yaitu “Komunitas Ufuk Literasi”. Apalagi aksesnya cukup
melalui WhatsApp, jadi siapa pun boleh masuk. Sejak saat itu, Azka menunjuk beberapa anggota untuk menjadi admin secara sukarela yang mau
membantunya. Kemudian, diadakan pemberian materi, sharing, dan challenge
seputar kepenulisan secara rutin dan terjadwal.
Saat itu, tepatnya di masa pandemi, banyak aktivitas yang harus dilakukan secara online. Komunitas Ufuk Literasi cukup
mendapatkan banyak respons baik dari orang-orang yang ingin belajar menulis.
Sampai Azka memberanikan diri untuk mengajak menulis bersama anggota komunitas
hingga bekerja sama dengan penerbit maupun media lain.
Komunitas Ufuk Literasi terus aktif dan menawarkan
banyak kegiatan. Mulai seminar, lomba, sampai event-event kepenulisan secara nasional lainnya. Meski disibukkan
dengan perkuliahan dengan mengambil program studi Matematika, nyatanya menulis
sudah menjadi kegiatan wajib untuk tetap Azka perjuangkan sampai sekarang.
Azka yang dulunya selalu bilang tidak suka membaca,
atau bahkan menulis. Justru sekarang lebih banyak waktu yang dia gunakan untuk
hal tersebut. Meski berulang kali merasakan kebingungan karena apa yang dia tekuni dengan pendidikan
selama proses perkuliahan tidak satu ranah, tetapi dia tetap berusaha memperjuangkan apa yang sudah
dimulai. Yang
paling penting adalah yakin dan berusaha menggunakan kesempatan yang ada dengan
sebaik-baiknya.
***
Indira:
Kak
Azka, bagaimana naskah cerpennya Kakak untuk antologi? Jangan lupa deadline 20
Mei, ya!
Notifikasi pesan masuk dari WhatsApp-nya tersebut
tiba-tiba membuat Azka terbangun dari lamunan panjangnya. Sebuah pesan dari
Indira, editor Ufuk Media yang akhir-akhir ini menjadi teman diskusinya dalam
menyukseskan kegiatan di Komunitas Ufuk Literasi. Sudah saatnya Ufuk Literasi
juga mempunyai tim supaya ke depannya makin lancar, serta apabila ada
naskah-naskah ataupun event baru
lebih cepat diselesaikan.
Azka: Oh iya, ini tinggal kirim naskahnya, kok. Sebentar
sedang dirapikan, semoga saja tidak banyak revisinya nanti.
Indira: Oke sip, soalnya tinggal nunggu punya Kakak saja.
Semua peserta dan cerpenku juga sudah!
Azka: Tunggu, nanti agak malam aku kirim!
Indira: Siap, Kak. Terima kasih konfirmasinya.
Ufuk Media merupakan salah satu penerbit yang
didirikan oleh Azka pada awal tahun 2023. Azka mencoba memberanikan diri untuk
memulai dan mewujudkan salah satu impiannya lagi, selain komunitas menulis, ada lagi penerbitan dengan nama tersebut. Cerita
pendek ini merupakan salah satu karya yang ditulis untuk event antologi Ufuk Literasi serta akan diterbitkan di Penerbit
Ufuk Media.
Setelah 3 tahun berlalu, komunitas Ufuk Literasi makin
banyak peminat dan anggotanya. Beberapa alumni juga berhasil menerbitkan
bukunya sendiri. Tidak lupa untuk buku antologi komunitas sudah memasuki edisi
yang keempat belas. Rincian, yaitu 10 buku hasil antologi internal komunitas, 4
untuk hasil kelas antologi dalam event yang diadakan. Buku antologi ini akan
menjadi edisi yang kelima belas.
Selain editor untuk penerbitan, Ufuk Literasi juga
mempunyai admin untuk membantu Azka mengerjakan dan memudahkan koordinasi antar
program kerja maupun agenda. Sehingga komunitas ini lebih mudah dalam membantu
para anggotanya dalam berkarya dan belajar bersama. Rasanya tidak mudah jika
Azka mengerjakan dan memandu semuanya sendiri. Ada 950+ peserta di Telegram,
ratusan alumni, belum lagi ribuan followers
di Instagram Komunitas Ufuk Literasi yang menanti postingan-postingan terbaru.
"Ada saatnya kita dihadapkan oleh pilihan yang membingungkan. Mungkin saja menemukan orang-orang baru yang satu visi dan misi itu jauh lebih berharga. Daripada mempertahankan orang-orang lama yang tidak dapat diajak bekerja sama."
~ @abdulaziz.writer
Azka selalu berharap semoga apa yang telah dan sedang diperjuangkan dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Terutama yang sedang berjuang menjadi penulis ataupun menekuni hobinya dalam menulis. Ufuk Literasi bukan lagi sekadar komunitas menulis, tetapi juga rumah untuk mereka yang menginginkan ruang dalam berkarya, serta teman-teman baru dalam berjuang menjadi penulis yang sesungguhnya.
TENTANG PENULIS
Moch Abdul Aziz, penulis kelahiran Bojonegoro tahun 2001. Dirinya merupakan pendiri Komunitas Ufuk Literasi dan Penerbit Ufuk Media, yang saat ini juga tercatat sebagai mahasiswa Matematika semester enam di Universitas Negeri Semarang. Pembaca bisa menyapa dan menikmati karya penulis melalui akun Instagram dan Tik Tok-nya dengan username @abdulaziz.writer.
Posting Komentar